Translate

Jumat, 08 Juni 2012

SEBUAH RENUNGAN DARI SEEKOR BURUNG



Di suatu pesantren di daerah jawa tengah , ada seorang kyai yang mendapat hadiah seekor burung beo dari seorang santrinya...burung beo adalah burung yang pandai menirukan suara-suara manusia, maka dilatihlah burung tersebut melafadzkan kalimat tahlil dan takbir oleh sang kyai..
Selang beberapa minggu burung tersebut sudah fasih dengan kata-kata yang diajarkan sang kyai, semua penghuni pesantren begitu gembira dan takjub mendengar suara tahlil dan takbir yang tak henti hentinya di suarakan oleh burung beo tersebut, pagi, siang dan sore hari burung beo itu tak pernah lelah bersuara, sampai suatu hari karena kelalaian pengurus burung tersebut, pintu kandang burung tersebut lupa ditutup sehingga burung tersebut diterkam kucing. Untunglah sebelum kucing itu berhasil memakannya, seorang santri mengetahui kejadian tersebut dan berusaha menolong burung yang malang itu.
Karena sayap dan sebagian tubuh burung tersebut terluka, maka dia hanya bisa tergolek lemah tanpa suara, semua penghuni pesantren iba melihatnya termasuk sang kyai, esoknya burung tersebut benar-benar mati dan akhirnya di kuburkan oleh seorang santri
Sepeninggal burung beo tersebut, sang kyai selalu kelihatan termenung seorang diri, hingga semua santrinya bingung harus berbuat apa untuk menghibur sang kyai. Dalam suasana tersebut seorang santri yang dekat dengan sang kyai beusaha memberanikan diri bertanya
santri : "Kyai, apakah ada sesuatu yang membuat hati kyai bersedih ? jikalau kyai menginginkan pengganti burung tersebut maka kami akan mencari gantinya "
kyai : "tidak, kalian tidak usah mengganti burung beo tersebut."
santri : "lantas apa yang menyebabkan kyai termenung sepanjang hari setelah kematian burung tersebut ?"
kyai; " Saya hanya teringat akan nasib burung tersebut dan saya tak ingin seperti dia yang tiap hari selalu melafadzkan kalimat-kalimat suci tahlil dan takbir tetapi saat sakaratul maut menjemput dia tak kuasa menahan sakit yang dideritannya sehingga tak kuasa dan lupa untuk melafadzkan lagi kalimat-kalimat agung itu saat ajal menjelang"

Semoga kita dapat menjadikan kisah tadi sebagai bahan renungan , bahwa tak ada yang bisa menahan kita untuk bertakbir, bertahlil dan melafadzkan kalimat-kalimat agung walau sakaratul maut menjelang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar